Jumat, 17 September 2010

Kampung Notonegoro, Sebuah Branding Ajaib


Dalam dunia usaha, salah satu hal yang terpenting adalah sebuah branding. Para pelaku usaha akan bekerja keras agar branding mereka dikenal oleh masyarakat luas. Tentunya dengan segala strategi yang mereka miliki.

Dua bulan sudah Notonegoro Manajemen membuat toko offline (sedangkan toko online kurang lebih satu tahun), dengan branding Griya Batik Notonegoro.

Ada beberapa keajaiban yang datang silih berganti terkait branding Notonegoro.

Alkisah, ada seorang penjual di sebuah SD ditanya oleh pembelinya. “Rumahnya mana buk?”.
“Rumah saya di Gumpang”. Jawab sang penjual
Pembeli tersebut langsung menimpali, “ Sama Batik Notonegoro mananya, bu?”
….
Sebuah dialog yang menujukan keajaiban branding kami, sejak berdiri dua bulan yang lalu, branding kami menyebar cepat dan luas.

Kisah yang kedua, inilah yang disebut kampong Notonegoro. Hampir satu kampong menggunakan produk Notonegoro ketika lebaran tiba. Karena momentum kami berdiri juga dalam rangka menyambut lebaran. Ada canda dintara para penghuni kampung tersebut. “Sudah ke Notonegoro belum?” “Halah…Aku sudah duluan beli di Notonegoro lho!”, ada ungkapan kebanggaan yang menyelip ketika mengaku sudah ke Notonegoro.
Kampung tersebut adalah kampung dimana Notonegoro hadir disana.

Keajaban ketiga adalah, Notonegoro menjamu tamu sepesial ketiga lebaran kemaren tiba. Yakni, Sakti Wibowo, penulis sekenario sinetron Ketika Cinta Bertasbih dan teman-teman penulis FLP Solo Raya

1 komentar:

  1. ihiirrrr...ada fotoku..

    semoga batik notonegoro semakin berjaya di nusantara dan mancanegara.

    kapan2 ngundang andrea hirata ya,mas.hehe

    BalasHapus